BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Chitin ialah adalah turunan glukosa dan merupakan komponen utama
kulit hewan crustacea (berkulit keras) seperti kepiting, lobster, dan udang.
Chitin juga dapat ditemukan pada serangga, hewan moluska (bertubuh lunak) seperti
siput, cumi-cumi, dan gurita. Chitin memiliki bebarapa manfaat didalam beberapa
bidang, misalnya bidang kesehatan, industri dan maupun bidang pertanian.
Menurut
Santosa (1990) chitin adalah biopilimir alami terutama sebagai penyusun kulit
udang dan cangkang kepiting. Mempunyai sifat bioaktifitas, biodegradabilitas
dan liat sehingga banyak memberikan manfaat pada berbagai bidang industri
(Hirano, 1988).
Dalam
hal perkembangannya, Negara Amerika dan Jepang telah memakai kepala udang dan
cangkang kepiting sebagai industri chitin dan chitosa. Kedua negara maju ini
bahkan saling bersaing untuk memproduksi chitin yang telah mencapai kemajuan
yang melimpah dari hasil produksi. Kaka tidak heran negara-negara sekarang ini
mulai mengikiuti produksi chitin.
Melihat hal tersebut maka usaha industri chitin merupakan
suatu peluang usaha yang cukup prospektif untuk di lakukan. Sehingga demikian
akan diperlukan suatu studi kelayakan yang dapat dijadikan suatu bahan
pertimabangan dalam pendirian usaha ini.
1.2. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui karakteristik dari chitin dan sifatnya.
2.
Untuk
mengetahui lebih dalam lagi tentang bahan-bahan apa saja yang terkandung
sehingga chitin dapat bermanfaat dalam segala bidang.
3.
Asal
mula dari pengetahuan chitin.
4.
Biokimia
yang terkait antara chitin.
BAB II
PEMBAHASAN
Kitin (C8H13O5N)
n (/ kaɪtɨn /) adalah
polimer rantai panjang dari N-asetilglukosamin, turunan
dari glukosa, dan ditemukan di banyak tempat diseluruh alam.
Ini adalah komponen utama dari dinding sel jamur , exoskeletons
arthropoda seperti crustasea ( misalnya kepiting, lobster, dan udang) dan
serangga dan radulas moluska dan paruh-paruh cumi, termasuk cumi-cumi dan
gurita.
2.1. Sifat
dan Fungsi
Chitin yang fleksibel dan kuat
membuatnya bisa digunakan sebagai benang untuk menjahit luka bedah. Dalam hal
fungsi, chitin termasuk dalam keratin protein. Chitin juga biodegradabel,
sehingga akan larut/luruh seiring dengan penyembuhan luka. Chitin tidak larut dalam air, asam, basa
dan pelarut organik tetapi larut dalam asam sulfat pekat panas dan asam format
anhidrid. Sedangkan dalam fungsinya Chitin memiliki berbagai manfaat, bukan
hanya dalam satu bidang saja namun dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang
pertanian. Kebanyakan
penelitian terakhir menunjukkan bahwa kitin adalah
inducer yang baik untuk mekanisme pertahanan pada tanaman. Hal ini juga
telah dinilai sebagai pupuk yang dapat meningkatkan asil panen secara
keseluruhan. EPA mengatur kitin dalam pertanian dalam Amerika Serikat. Kitosan
dibuat dari kitin oleh deasetilasi. Selain itu dalam pemanfaatan chitin dinilai
cukup luas karena terbukti pada tahun-tahun ini. Menurut penelitian AIT, kelengketan chitin ternyata
juga berguna membantu kesehatan tubuh manusia, antara lain: Sebagai obat untuk
gumpalan darah beku baru bagi penderita hemofilia. Untuk kontrasepsi dengan
melemahkan kesuburan sperma. Penghambat lemak bagi yang berdiet.
2.2. Struktur Kimia
Identifikasi Kimia Chitin :
·
CAS Registry No : 1398-61-4
·
Chemical Abstract Servive Name :
(C8H13NO5)n
- Synonyms and Trade
Names : beta-4 Ploy-N-Acetiyl-D glucosamine, a-Chitin, clandosan
Chitin adalah senyawa yang stabil
terhadap reaksi kimia, rendahnya reaktivitas kimia, tidak beracun (non toxic)
dan bersifat biodegradable. Chitin tidak larut dalam air (bersifat hidrofobik),
alkohol serta tidak larut dalam asam maupun alkali encer. Chitin dapat larut
dengan proses degradasi menggunakan asam-asam mineral pekat pada asam formiat
anhidrous, namun tidak jelas apakah semua jenis chitin dapat laryt dalam asan
formiat anhidrous (Lee, 1974). Mudah tidaknya chitin terlarut sangat tergantung
pada derajat kristalisasi, karena hanya ß-chitin yang terlarut dalam asam
formiat anhidrous. Sifat kelarutan, derajat berat molekul, kelengkapan gugus
asetil berbeda-beda menurut sumber bahan dan metode yang diterapkan (Austin
dkk, 1981). dilihat dari gugusnya dimana chitin termasuk kedalam heteropolimer
dan sellulosa termasuk homopolimer. Chitin merupakan polimer alamiah
(biopolymer) dengan rantai molekul yang sangat panjang dengan rumus molekul
dari chitin yaitu [C8H13O5N]n. Dari rumus molekul tersebut maka berat
molekulnya [203,19]n. Penelitian lebih lanjut ditemukan bahwa zat chitin dari
crustacea mempunyai bentuk sel rhombik dengan dimensi a = 9,40 A; b=10,46 A ;
c=19,25. Tiap sel terdiri dari 8 unit acetylglucosamine, dimana gugus
acetylaminonnya saling berganti-ganti dari unit satu ke unit berikutnya. Karena
chitin mempunyai molekul dengan berat yang besar dan sangat panjang maka tidak
dapat diukur dengan pasti.
2.3. Reaksi Kimia
Chitin secara kimiawi adalah suatu
polimer golongan polisakarida yang
tersusun atas monomer b-(1-4)2- asetamida-2-deoksi-D-glukosa, yang dapat dipertimbangkan sebagai suatu
senyawa turunan selulosa, dengan gugus hidroksil pada atom C-2 digantikan oleh
gugus asetamida. Monomer dari chitin ini adalah disakarida dari N-asetil-D-glukosamin
yang disebut kitobiosa(Suhardi,1992). Selain itu Chitin tidak larut dalam air, asam, basa dan pelarut
organik tetapi larut dalam asam sulfat pekat panas dan asam format anhidrid
(Muzarelli, 1977). Huang et a/.
(2000) melaporkan kitin yang berikatan dengan peptida yang bersifat sebagai
antifungi dari daun Ginkgo biloba, disimbolkan dengan GAFP, telah diisolasi.
Be rat molekul dari peptida terse but adalah 4244 Da yang ditentukan oleh
spektrofotometri massa. Aktivitas antifungi GAFP ditentukan terhadap 5 jamur
yang bersifat sebagai patogen tanaman. Kelima fungi tersebut adalah Pellicularia
sasakii Ito, Alternaria altemata (Fries) Keissler, Fusarium
graminearum Schw., Fusarium moniliforme
dan Phytophthora. boehmeriae. GAFP menunjukkan aktivitas antifungi
paling potensial terhadap P. sasakii Ito dengan
konsentrasi penambahan paling sedikit 100 ng GAFP per cawan. GAFP juga
menghambat fungi patogen lainnya seperti A. altemata (Fries.) Keissler, F. graminearum
Schw, dan
F. moniliforme.
BAB III
KESIMPULAN
- Chitin
merupakan salah satu biopolimer asli dari alam yang dapat dikelolah menjadi
senyawa yang dapat digunakan dalam industri makanan.
- Chitin dapat
dirubah menjadi chitosan oleh deasetilasi yang berguna dalam pembuatan makanan,
begitu juga dalam bidang pertanian dalam hal ketahanan dalaam tanaman serta
dalam hal pemupukan yang baik.
- Dalam bidang
ilmu lain seperti, kedokteran. chitin dapat diperuntukan dalam hal antibodi atau
dapat disebut juga sebagai ketahanan tubuh manusia terhadap gangguan dari luar.
DAFTAR PUSTAKA
Muzarelli RAA. 1977. Chitin. Pergamon
Press. Oxford. UK.
Ravi Kumar MNV.
2000. Chitin and Chitosan for Versatile Application.
Shahidi F, Janak KVA, Yon JJ. 1999. Food
Applications of Chitin Chitosans. Dept. of Biochemistry Memorial Univ of
Newfoundland. St Johns N.F. A. B. 3 YG Canada Elsevier Science Ltd.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar